DENDY PRIMANANDI 's BLOG

      Sekerat daging sapi 6 ons akan memakan biaya minyak 16 kali lebih banyak, atau energi bahan bakar fosil, daripada satu kali makan vegan: semangkuk brokoli, semangkuk terong, 4 ons kembang kol dan delapan ons beras,persisnya menurut riset. Enam belas kali-hanya 6 ons daging sapi, berbiaya 16 kali lebih besar daripada seluruh makanan vegan tersebut. Sekarang, banyak ilmuwan akan menjabarkan daging sebagai padat-karbon yang luar biasa besarnya.
      Lakukan Sesuatu !! Yakk cukup hanya dengan beralih menjadi VEGETARIAN, kita akan memangkas CO2 dalam jumlah yang amat besar untuk menghentikan pemanasan global itu. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa seorang vegetarian menyelamatkan hingga setengah hektar pepohonan setiap tahunnya. Mengapa demikian?! Hutan hujan tropis mengalami penggundulan secara besar-besaran untuk menyediakan lahan peternakan. Ima puluh lima kaki persegi hutan tropis dihancurkan hanya untuk menghasilkan satu ons burger.
     Jika semua orang menjadi vegetarian, kita bahkan tidak perlu khawatir tentang CO2 setidaknya walaupun tetap berbahaya. Pemikiran ini adalah – dalam skala urgenitas yang tinggi, lebih baik memiliki udara yang masih mengandung CO2 yang berasal dari sektor transportasi dan semua itu bukanlah hal mendesak ketimbang halnya gas metana, nitrogen oksida, ataupun semua gas yang dihasilkan oleh industri hewani. Penelitian terkenal oleh Eshel da Martin di Univ Chicago menemukan bahwa dengan menjadi vegan, akan lebih menghemat dalam hal emisi yang berkontribusi pada efek rumah kaca daripada beralih ke mobil hibrida. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa seorang vegetarian dapat mengurangi emisi karbon hingga 1,5 ton setiap tahunnya! Jumlah ini bahkan lebih banyak dari mengganti mobil hibrida yang hanya menghemat 1 ton emisi karbon setiap tahunnya. Ilmuwan-ilmuwan dari Jepang menghitung bahwa dengan tidak memakan 1 kg daging sapi penghematan itu akan setara dengan energi yang dibutuhkan untuk mengendarai 250 KM dan menyalakan bola lampu 100 watt selama 20 hari tanpa henti. Nah kemudian sebuah penelitian oleh Institut untuk Riset Ekonomi Ekologi di Jerman menemukan bahwa emisi dari pola makan vegan nonhewani adalah 87% lebih sedikit daripada yang berasal dari pola makan hewani.
     Beralih menjadi vegetarian itu gak sulit kok, malah bikin sehat..udah gitu menghemat anggaran belanja rumah tangga lagi.
      Gak perlu kok kita berpikir bahwa kita cuman sendirian yang akan membuat perbedaan ini, karena masih banyak orang diluar sana yang masih melakukannya dan peduli terhadap lingkungan. Kita juga harus tetap menjadi contoh bagi yang lain.
      Sekali lagi, menjadi vegetarian adalah satu-satunya hal yang paling efektif yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk menekan laju pemanasan global; hal itu bahkan tanpa pemerintah, tanpa ribut-ribut, tanpa protokol, tanpa kesulitan apapun. Hanya kemauan yang kita mulai dari diri sendiri dan sedini mungkin.
      Ini Bukan Pujian atau candaan! Andalah calon-calon penyelamat dunia dengan tidakan kecil secara nyata dan terus menerus yang akan menginspirasi banyak orang. 1000 orang yang beralih ke pola makan vegetarian sama dengan pengurangan 1.500 ton emisi karbon per tahun. Bila 10% saja dari penduduk Indonesia bervegetarian, kita telah mengurangi sedikitnya 30 juta ton emisi karbon per tahun! Suatu angka penghematan yang fantastis!
Read More …

      Tak disangka dan tak didugam sepertinya kok dari industri ternak saja jadi penyebab paling besar dalam kontribusinya pada efek rumah kaca yaa..hmm
      Selidik punya selidik, ternyata dari peternakan ini yang berkontribusi pada efek rumah kaca adalah dari emisi metana yang berasal dari kotoran ternak sampai pada proses produksi daging hewan itu sendiri.
Bayangkan kenyataan ini, ternyata penghasil utama emisi gas berbahaya yang mengancam kehidupan planet kita saat ini bukanlah mobil, sepeda motor, ataupun truk dan bis dengan polusinya yang bikin jengkel. Sesuatu yang nampak bahaya itu ternyuataa datang dari sesuatu yang nampak sederhana dan tidak berdaya, serta nampak lezat di meja makan kita, yaitu DAGING !!
      Kayaknya berlebihan banget ya anggapan seperti ini. Tapi ketahuilah laporan dari penelitian ini gak asala-asalan dibuat oleh sekelompok ilmuwan paranoid atau semacamnya, namun memang dirilis langsung oleh PBB melalui FAO (Food Agriculture Organization-Organisasi Pangan dan Pertanian).
       Mungkin sulit ya dibayangkan, gimana bisa dari seekor anak ayam yang terlahir dari telurnya yang begitu rapuh dan terlihat begitu kecil bisa memberikan pengaruh pada planet ini ?!!..Ya jawabannya adalah pada jumlah mereka yang luar biasa banyak.
Read More …

       Aku sangat suka sekali membaca buku mulai dari buku penunjang mata kuliah, buku-buku pendukung kuliah, tentang psikologi, kesehatan, komputer, majalah, bahkan juga komik. Berada di salah satu toko buku merupakan hal yang sangat menyenangkan bagiku, disana penuh dengan buku-buku serta memiliki kesempatan untuk brkeliling dan membaca buku-buku tersebut.
     Ketika telah mendapatkan suatu buku yang menurutku penting dan asyik untuk dibaca, kubawalah buku-buku tersebut ke kasir dan membayarnya. Hal yang paling biasa didapatkan selain barang yang kita beli ketika kita sudah membayar suatu barang, adalah kemasannya yaitu “plastik”.
Menurut kebiasaan, dalam menerapkan pola hidup hijau, membawa tas belanja sendiri adalah sudah merupakan suatu keharusan, untuk meminimalkan penggunaan plastik. Hmm, tapi tunggu dulu, kembali kita lihat kemasan seperti apa yang kita dapatkan. Yakz..di toko buku tersebut, kemasan plastik yang saya dapatkan adalah plastik dengan label “go green” dan slogan bertuliskan “will degrade less than 2 years” dengan ciri khas warna hijaunya.
      Sebelumnya kita harus mengetahui bagaimana sebenarnya penggunaan plastik itu menghasilkan limbah padat yang sulit didegradasi dan memerlukan waktu ratusan tahun..., plastik merupakan suatu hasil penemuan manusia yang paling banyak digunakan hingga saat ini. Plastik digunakan dalam skala besar dalam produksi seperti botol untuk minuman, peralatan bayi, wadah untuk makanan, selang, pipa bangunan, botol kecap, botol shampo, kantong pembungkus, sikat gigi, alat makan (sendok, garpu piring, mangkok, gelas), hingga mainan anak-anak. Di balik penggunaan plastik besar-besaran itu, ternyata menurut hasil penelitian terakhir, penggunaan plastik yagn sembarangan ternyata mampu melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab dan pemicu kanker), selain itu plastik umumnya sulit untuk didegradasi (diuraikan) oleh mikroorganisme.
Read More …