DENDY PRIMANANDI 's BLOG

       Aku sangat suka sekali membaca buku mulai dari buku penunjang mata kuliah, buku-buku pendukung kuliah, tentang psikologi, kesehatan, komputer, majalah, bahkan juga komik. Berada di salah satu toko buku merupakan hal yang sangat menyenangkan bagiku, disana penuh dengan buku-buku serta memiliki kesempatan untuk brkeliling dan membaca buku-buku tersebut.
     Ketika telah mendapatkan suatu buku yang menurutku penting dan asyik untuk dibaca, kubawalah buku-buku tersebut ke kasir dan membayarnya. Hal yang paling biasa didapatkan selain barang yang kita beli ketika kita sudah membayar suatu barang, adalah kemasannya yaitu “plastik”.
Menurut kebiasaan, dalam menerapkan pola hidup hijau, membawa tas belanja sendiri adalah sudah merupakan suatu keharusan, untuk meminimalkan penggunaan plastik. Hmm, tapi tunggu dulu, kembali kita lihat kemasan seperti apa yang kita dapatkan. Yakz..di toko buku tersebut, kemasan plastik yang saya dapatkan adalah plastik dengan label “go green” dan slogan bertuliskan “will degrade less than 2 years” dengan ciri khas warna hijaunya.
      Sebelumnya kita harus mengetahui bagaimana sebenarnya penggunaan plastik itu menghasilkan limbah padat yang sulit didegradasi dan memerlukan waktu ratusan tahun..., plastik merupakan suatu hasil penemuan manusia yang paling banyak digunakan hingga saat ini. Plastik digunakan dalam skala besar dalam produksi seperti botol untuk minuman, peralatan bayi, wadah untuk makanan, selang, pipa bangunan, botol kecap, botol shampo, kantong pembungkus, sikat gigi, alat makan (sendok, garpu piring, mangkok, gelas), hingga mainan anak-anak. Di balik penggunaan plastik besar-besaran itu, ternyata menurut hasil penelitian terakhir, penggunaan plastik yagn sembarangan ternyata mampu melepaskan senyawa karsinogenik (penyebab dan pemicu kanker), selain itu plastik umumnya sulit untuk didegradasi (diuraikan) oleh mikroorganisme.

     Sampah plastik dapat berahan hingga ratusan tahun. Menurut catatan Kementrian Lingkungan Hidup, seseorang setiap harinya menghasilkan sampah sebesar 0,8 kg, dan 15% dianaranya adalah sampah plastik. Dengan asumsi jumlah penduduk Indonesia 220 juta jiwa, maka sampah plastik yang dihasilkan mencapai 26.500 ton per hari. Tidak bisa dibayangkan berapa besar jika sampah sebanyak itu ditumpuk di suatu tempat, dan itu dalam waktu sehari. Permasalahan yang terjadi selanjutnya adalah dampak pencemaran yang harus diterima bumi ini akibat komponen penyusun polimer plastik yang sukar didaur ulang secara alami.
     Hal itu merupakan dampak negatif yang cukup mengkhawatirkan, yaitu terakumulasinya serpihan-serpihan hasil penghancuran plastik, yang masih mempunyai potensi bahaya lingkungan, terutama jika tersuspensi di dalam udara atau air disekitar kita. Pelu diketahui juga bahwa monomer plastik bisa memicu kanker (karsinogen), misalnya vinil klorida, stiren, dan acrylon.
     Plastik bidegradable atau yang kita kenal dengan plastik ramah lingkungan sudah sangat banyak diproduksi dan dipakai dalam mengemas barang-barang penjualan mulai dari supermarket, toko bangunan, sampai toko buku. Biodegradble, berarti dapat diuraikan oleh mikroorganisme di alam. Hal yang membedakan plastik biodegradable dengan plastik pada umumya adalah komposisi penyusun plastik tersebut. Jika pada umumbya bahan plastik adalah polymer (polymer adalah rangkaian karbon yang sangat panjang dan sulit untuk diuraikan), plastik biodegradable adalah bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan . Salah satu material yang paling sering digunakan untuk plastik biodegradable adalah pati jagung. Plastik yang berasal dari pati jagung tentu saja dapat terurai secara di alam karena plastik ini dibuat dari bahan alami. Sayangnya, plastik yang terbuat dari pati jagung ini memiliki proses pembuatan yang sangat mahal. Hal ini yang mungkin menjadi cukup sulit untuk menggeser plastik biasa di pasaran.penamkabahan zat aditif yang mengandung senyawa asam lemak (fatty acid) dari logam transisi yang spesifik sebagai unsur utama aktif.
     Senyawa ini bertindak sebagai katalis dalam mempercepat reaksi normal degradasi oksidatif dengan meningkatkan laju reaksi keseluruhan beberala kali lipat.Dengan kata lain, ada tambahan zat tertentu yang akan menyebabkan proses penguraian menjadi lebih cepat dibandingkan dengan plastik biasa.
     Perlu dipahami bahwa fungsi dari teknologi ini hanyalah sebatas memecahkan menghancurkan bentuk plastik, bukan menguraikan secara penuh. Bentuk plastik akan mudah terpecah menjadi potongan berukuran mikroskopik (bobot molekul kurang dari 40,000). Dengan mendapat bantuan dalam proses penghancuran, maka siklus degradasi bisa dipercepat. Namun polimer plastik yang telah hancur dan membentuk serpihan tak kasat mata masih mempunyai potensi untuk menjadi racun.
      Zat aditif pada teknologi Oxo-degradable jg mengandung antioksidan yang mencegah degradasi oksidatif selama penyimpanan dan penggunaan produk plastik. Antioksidan berfungsi menonaktifkan  radikal bebas yang menyebabkan degradasi dan secara rutin digunakan dalam plastik dan lain hidrokarbon (misalnya untuk minyak goreng). Artinya, kita gak perlu khawatir kalau tiba-tiba plastik Oxodegradable yang masih kita gunakan dan disimpan di lemari tiba-tiba menjadi hancur atau rusak, yang dikarenakan zat antioksidan tersebut.
     Namun, plastik dengan teknologi ini memerlukan kondisi tertentu (pemicu) agar penguraian dapat terjadi dengan lancar. Prosesnya dipicu oleh kondisi umum di lingkungan pembuangan, seperti: pasnas (suhu tinggi seperti yang ditemukan ditempat pembuangan sampah atau kompos, sinar UV (dari matahari) dan stres mekanik (misalnya angin atau pemadatan di TPA) yang berfungsi untuk mempercepat oksidasi dari bahan Oxodegradable

Nah terus, gimana dengan plastik degradable baik bio maupun oxo ? Apakah persoalan sampahnya sudah teratasi ?
      Plastik Oxo¬-degradable  mengandung unsur seperti: logam kobalt, mangan, atau besi sebagai komponen zat aditif yang membantu proses agar plastik lebih cepat menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dengan bantuan panas atau cahaya, yang kemudian terurai oleh mikroba. Penggunaan logam ini secara terus menerus berpotensi menimbulkan efek negatif tertentu di lingkungan pembuangan. Akumulasi monomer plastik juga berpotensi merusak populasi hewan karena mempunyai kemungkinan temakan oleh invertebrata, serangga, ikan, burung, dan hewan lainnya.
      Penggunaan teknologi ini masih terdapat pro dan kontra, disatu sisi oxo-degradable mampu mempercepat penguraian, namun di sisi lain bisa menimbulkan potensi bahaya yang baru. Terlepas dari dampak positif dan negatif, tujuan utama penggunaan plastik oxo-degradable  adalah mengurangi pemakaian plastik.
     Nah pada akhirnya gimana pandangan kita terhadap keadaan tersebut ? ya menurut saya dengan penggunaan plastik di dunia yang dirata-ratakan mencapai 1.460 plastik per tahun, dimana hanya kurang dari 1 persen plastik dapat hancur. Sedangkan untuk dapat hancur dibutuhkan waktu sekitar ratusan bahkan ribuan tahun. Ketimbang bumi ini tercemar oleh sampah plastik konvensional biasa yang sulit terurai tersebut serta menambah kapasitas di Tempat Pembuangan Akhir Sampah, alangkah bagusnya jika penggunaan plastik non-degradable beralih ke jenis plastik yang mudah urai/hancur ini.

Categories:

Leave a Reply